Agasa: Aku Jatuh Cinta

Ini terjadi dulu, di semester terakhir kuliahku, aku bertemu dengannya. Dia adalah salah satu pengurus baru yang baru saja kami resmikan. Awalnya aku tak pernah menyadari kehadirannya. Hingga pada suatu waktu, aku tak sengaja mendengar percakapannya dengan teman wanitanya.

"Kamu tau mas Aga gak?" tanya temannya

"Hmm, yang mana ya..belum pernah dengar..."

"Ya ampuuun, kamu kan satu kepengurusan, kok bisa ga tau.."

"Tapi aku beneran gak tau yang mana orangnya, aku kan masih baru di sini.."

"Iiih, Zee, itu lho yang tinggi, putih, dia manis, kalem.. duuh.. banyak lho yang nge-fans, kan pernah juga bantu-bantu pelatihan di kampus.."

"Hoo.. terus? kenapa sama mas Aga?"

"ya.. mau titip salam..." katanya malu-malu "aah, udah ah, aku gak mau ngomongin mas Aga lagi sama kamu.." ujar temannya lagi, kesal.

Dia hanya tertawa "iya..iya.. nanti aku cari orangnya, aku sampein salammu deh.."

"gak usah, gak jadi.. aku ngambek

Dia kembali tertawa "beneran gak jadi?" teman wanitanya hanya diam cemberut "maafin aku ya, jangan ngambek dong, aku beneran gak tau.." katanya lagi seraya memeluk teman wanitanya

"kamu ini, pura-pura gak tau atau emang kudetnya kebangetan?!"

"Hmm.. entah ya.."

Ya, sejak saat itu, aku baru menyadari kehadirannya.

***

Hari berganti, minggu pun berganti, aku semakin tau bagaimana ia. Teman-temanku senang sekali mengganggunya, iseng, atau hanya sekedar menggodanya. Dan ia tak pernah sekalipun terlihat marah, hanya tertawa memelas minta untuk tidak di-"bully" terus. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Awalnya aku hanya penasaran dan ingin tau seperti apa ia, namun rasa penasaran itu sepertinya semakin tumbuh menjadi kepedulian. Entahlah.

Aku tak pernah sekalipun terlibat obrolan panjang dengannya, karena kami tidak berada dalam divisi yang sama. Sesekali ia hanya bertanya, dan aku jawab, dan percakapan pun selesai. Sedikit kecewa karena percakapan yang selalu singkat itu. Namun akhirnya aku punya kesibukan yang bisa membuatku sedikit melupakan tentangnya. Skripsi.

Bulan berganti, pikiranku benar-benar teralihkan ke skripsiku. Aku sering menginap di rumah kakak angkatanku. Ya dialah yang banyak membantu dan mengajariku untuk keperluan skripsiku ini. Akhir-akhir ini hanya sesekali aku bertemu dengan gadis itu di ruang kepengurusan, dan dia, seperti biasa, tetap di-bully oleh teman-temanku. Dan tak terasa, sudah hampir lima bulan lamanya aku seperti ini. skripsiku sudah mendekati selesai, dan aku sudah bisa aktif kembali di kepengurusan.

***

Beberapa minggu kemudian, ada undangan rapat persiapan penerimaan pengurus baru. Aku sampai tak menyangka gadis itu sudah hampir delapan bulan aktif dalam kepengurusan, dan sudah tiba saatnya untuk pergantian pengurus. Sepertinya gadis itu sudah mulai sibuk dengan skripsinya juga.

Beberapa hari kemudian, ketika rapat persiapan pengurus, seperti yang sudah ku duga. Ia berada disana bersama laptopnya, tidak bersama kami yang sudah sibuk dengan bahasan rapat. Aku hanya tersenyum melihat betapa cueknya dia. Bahkan mungkin ia tidak mendengar ketika ketua rapat menanyakan siapa saja yang hari ini bertugas jaga stand.

Aku terus menatapnya hingga tiba-tiba saja dia mengangkat kepalanya dan menatapku, kemudian menatap yang lainnya.

"hehe.. aku juga jaga mas.." jawabnya setelah sadar para hadirin rapat menatap ke arahnya

"Kita lagi rapat, jangan fokus ke tempat lain dulu.." omel ketua rapat. Namun ia hanya tertawa selayaknya anak kecil yang sedang kena omel. Kamu ngeyel ya..

Bahkan ketika para wanita menjerit marah karena para pria melepas baju sembarangan, kau hanya duduk tenang disana menatap laptopmu. Ketika teman-temanmu mengajak keluar ruangan rapat, kau tetap menatap laptopmu seraya berdiri.

BRUK

"kenapa Zee..?" suara wanita bertanya dari luar ruang rapat

"Nabrak kursi.. haha.." jawabnya ringan sambil menutup pintu ruang rapat

Tuh kan, hati-hati makanya...

"Ga, kok belum ganti baju, kita udah siap ke lapangan nih" sambar kawanku membuyarkan perhatianku. Mereka semua sudah siap dengan pakaian futsal mereka. Saat keluar ruangan, aku sempatkan melihatnya di ruang tamu, sebelum akhirnya benar-benar keluar ruangan kepengurusan. Dia masih dengan laptopya. Kau fokus sekali ya..

***

Sebentar lagi aku sidang skripsi. Kakak angkatanku terus menanyakan kapan aku ujian.

"Seminggu lagi bang ujiannya, bang Re mau kesini?" kataku saat untuk ke sekian kalinya kakak angkatanku itu bertanya padaku lewat telepon.

Aku hanya menghela nafas berharap bisa menghilangkan grogiku.

"Bro, lagi nonton apaan?" sapa sahabatku tiba-tiba sambil menepuk bahuku.

Ya, saat itu, di ruang kepengurusan, karena giliran jaga sampai sore, aku nonton film aja daripada kepikiran sidang skripsi. Mumpung dapat film baru.

"Apa ya, lupa tadi judulnya apa.." jawabku malas-malasan. Namun sahabatku sudah ikutan nonton juga di sebelahku.

"Wih, film apa itu..?" tanya temanku yang lain yang baru saja masuk ke ruangan, dan ikutan nonton juga.

Entah sudah berapa banyak teman-temanku yang bertanya tentang film apa yang aku tonton, yang berakhir dengan ikutan nonton.

"Woh, keren animasinya nih..." seru salah satu temanku

"Tapi kok agak pecah ya.." gumamku

"Pecah gimana sih Ga?"

"Lihat deh, agak pecah-pecah gambarnya, VGAku bermasalah apa ya..?" kataku yang mulai kehilangan selera nonton

"Coba sini aku cek di laptopku, copy dong filmnya.." kata temanku

"Itu di-flashdisk udah ada" jawabku

Aku kembali mengamati gambar video, teman-temanku yang lain sudah mulai berasumsi macam-macam penyebab terlihat pecahnya gambar. Aargh, kenapa begini..?

"Tapi jangan ke laptopku ding, mereknya beda.. Ah, coba pinjam punya Zee, merek laptopnya sama tuh.." sarannya, yang sontak saja membuatku kaget. Sejak kapan gadis itu ada di ruangan ini? "Zee, laptopmu merek X juga kan?" Seru sahabatku itu

"Iya, emang kenapa?" Jawabnya sedikit ketus

"Copy-in ini ke laptopmu deh"

Aku melihat ke arahnya yang sedang memasangkan flashdisk ke laptopnya. Aku menggotong laptopku ke arahnya, dan meletakkan di samping laptopnya.

"buat apa sih?!" tanyanya yang masih sibuk memasang flashdisk

"Boleh nyoba bandingin VGA ya.." kataku memberanikan diri

"Bandingin gimana maksudnya mas?" tanyanya

"Boleh pinjam?"

Aku mulai sibuk memutar film yang sama di laptop milikku dan miliknya. Membandingkan hasilnya, dan..

"Apa yang beda sih mas?" tanyanya tiba-tiba

Aku lupa kalau aku sedang pinjam laptopnya "Ini lho, di laptopku kok kaya pecah-pecah ya gambarnya.."

Ia mencondongkan kepalanya ke depan layar laptopku, dan menatap bergantian dengan layar laptopnya. Aku tersenyum melihat tingkahnya.

"Sama aja ah mas, bagus kok kualitasnya.. mas nih terlalu perfectionist.." katanya sambil tertawa

"Masa sih?" kataku yang masih ragu dan memastikan sekali lagi dengan memutar ulang film.

"Lagian seri laptop mas lebih tinggi dari aku, jelas punya mas-lah yang lebih bagus.." katanya lagi

"Hmmm" Jawabku, aku tak terlalu memperhatikan kata-katanya karena sudah fokus kembali dengan filmku.

Sejak kejadian film itu, sudah lebih banyak obrolan yang kami lakukan. Ternyata dia sedang menyelesaikan naskah skripsi. Aku hanya mampu tersenyum ketika ia jadi bahan bully-an oleh ketua pengurus kami. Terkadang aku ingin ikut bercanda seperti itu, tapi entah kenapa tidak bisa.

***

Sidang skripsi.

Hari ini aku sidang skripsi, aku sudah telat satu semester karena skripsiku. Alhamdulillah, LULUS. Teman-temanku memberikan selamat padaku dengan MEMUKUL kepalaku. Keterlaluan memang.

"Selamat ya bro.. tinggal cari jodoh aja nih ente.." Ejek temanku

Aku hanya tertawa menimpali, sambil membereskan laptop dan bukuku seraya keluar ruang sidang.

"Jadi.. ente mau pilih yang mana?" tanya temanku yang lain seraya merangkulku

"Pilih apa sih?" tanyaku

"Pura-pura gak tau nih, tuh.. cewe-cewe yang pada heboh kalau kau lewat.."

"Di ruangan kita juga ada lho, yang suka.."

"Hmmm, siapa?" tanyaku

"Aduh, aku lupa namanya.. yang sering jaga sama Zee, pakai jilbab juga.."

Aku tersenyum saja menimpali ejekan teman-teman. Mereka sudah mulai sibuk menyebutkan nama-nama wanita yang bahkan aku tak kenal. Aku tak menggubris selain karena tak tertarik, juga karena gadis itu berada tak jauh dari tempatku. Ia selalu bersama dengan kedua temannya. Mereka asyik sekali mengobrol sambil menuruni tangga.

"Bro, futsal yuk.. jadwal futsal kita nih.." Ajak temanku

"Ayo aja.." yah, sekalian refreshing setelah stuck dengan skripsi.

Aku selalu jadi keeper. Tapi ini satu-satunya olahraga yang bisa rutin aku lakukan. Biasanya kami futsal selama satu jam, bergantian dengan yang lain. Selesai futsal, teman-temanku -yang sebagian adalah anggota dan dewan kepengurusan- mengajakku mampir ke ruang pengurus. Sudah hampir pukul 5 sore.

"Bro, bentar ya, aku ada urusan, duluan aja ke ruangan.." seru salah satu temanku.

Yang lainnya masih ada di belakang, mengobrol dengan Satpam kampus di kursi panjang lobi, sambil melepas lelah. Aku menatap pintu ruang pengurus, hari ini dia jaga pagi, jadi tak mungkin dia ada disini, pikirku seraya mengulurkan tangan hendak mendorong pintu masuk. Namun pintu ruangan tiba-tiba saja membuka tepat ketika aku hendak mendorong pintu. Gadis itu ada di depanku. Seperti biasa, membawa perkakas lengkapnya. Dia menatapku, dan aku tersenyum padanya. Reflek, aku pukulkan sarung tangan keeperku ke kepalanya. Entahlah, kenapa aku memberanikan diri memukul pelan kepalanya. Entah karena senang aku lulus sidang skripsi atau karena akhirnya aku bertemu dengannya.

"Hati-hati ya.." kataku seraya masuk ruangan

"pulang dulu ya mas.."

Aku tersenyum, menatapnya menghilang dari balik pintu.

***

Wisuda

Aku wisuda hari ini. Siangnya setelah selesai upacara wisuda, seluruh teman-teman sekelas, Kakak angkatanku yang membantuku, teman-teman kepengurusan, datang mengucapkan selamat. Aku mencari sosok di kerumunan teman-teman kepengurusan, namun ia tak ada.

"Zee gak datang ya... kemana sih dia, akhir-akhir ini gak pernah kelihatan?" tanya temanku seolah tau apa yang aku pikirkan

"Sibuk skripsi kali,, kemarin ane lihat dia semedi di perpus tuh.." jawab yang lain

"Habis ini rencana mau kemana bro?" tanya temanku

"Kayanya sih mau lanjut S2 aja.."

"Gila, masih tahan aja belajar.."

Kami pun sibuk bersenda gurau, kakak angkatanku sudah berpamitan pulang lebih dulu karena masih ada kuliah. Ya, dia juga sedang melanjutkan S2-nya.

"Eh..eh.." tiba-tiba temanku menepuk-nepuk bahuku "itu lho.. temannya Zee yang nge-fans sama ente.."

Aku melihat ke arah yang ditunjuk. Aku kenal orang itu, satu angkatan kepengurusan dengan Zee. Ia berjalan ke arahku, bersama dengan teman-temannya yang lain. Dan ketika sudah dekat, paduan suara pun dimulai. "Cieeee...".

"Mas Aga, selamat ya atas wisudanya.." katanya seraya memberikan bunga. Ah, paduan suara itu semakin keras terdengar.

"Iya, makasih.." Kataku singkat dan ingin segera menyudahi percakapan ini. Aku sudah gak mood sebenarnya. "Aku kesana dulu ya.." kataku yang segera saja menghampiri teman-temanku.

"Cieee..dikasih bunga.."

"Nih, buat ente aja.." kataku, seraya memberikannya pada temanku. Yang lain masih sibuk saja menggodaku, aku hanya diam sampai akhirnya mereka bosan sendiri.

Malamnya, gadis yang memberikan bunga itu tiba-tiba saja mengirimkan pesan singkat.

Mas lagi apa?

Aku menghela nafas.

Lagi nonton aja

Balasku. Aku jadi terpikir, rasanya Zee tak pernah mengirimiku pesan.

Mas, boleh tanya sesuatu gak?

Aku diam, memandang sebentar pesan itu. Ingin rasanya tak membalas saja.

Boleh

Hmm, Mas sudah punya calonkah?

Pesan balasan pun masuk ke ponselku. Aku memandangi pesan itu. Pikiranku jadi tak karuan saat itu. Aku memilih tak membalas, dan malah menelepon kakak angkatanku.

"Assalamu'alaikum" Suara di seberang telepon menjawab

"Alaikumussalam, bang Re, makasih ya bantuannya selama ini, tadi siang gak sempat ngobrol banyak sama Bang Re"

"Halah, kaya ke siapa aja sih Ga.." jawabnya sambil tertawa

Kami pun sudah asyik mengobrol macam-macam. Setidaknya obrolan ini membuat moodku kembali. Awalnya sih aku mau bercerita tentang Zee dan minta saran, tapi akhirnya malah membicarakan yang lain

"Oke deh Bang Re, kapan lagi kita sambung.."

"Oke deh, ku kira tadi ente nelpon mau ngasih undangan nikah.." ia tertawa

"Yah, kalau bang Re bisa bantu carikan calonnya sih, bakalan cepat juga.." ia kembali tertawa

***

Bulan-bulan berlalu. Aku mendengar kabar gadis itu sudah lulus. Aku pun sudah mulai mengurus pendaftaran S2-ku di kampus yang sama karena tawaran beasiswa. Kepengurusan sudah berganti, tak ada alasan lagi aku mampir ke ruang pengurus karena statusku pun sudah tak aktif. Aku mendengar kabar gadis itu melanjutkan S2-nya di luar negeri. Aku menghindari ruang kepengurusan agar tak kembali mengenang kejadian-kejadian singkat bersamanya. Aku pun berusaha menyibukkan diriku sendiri, agar tak selalu ia yang memenuhi pikiranku. Dan ya, sejauh ini berhasil.

Tahun-tahun berlalu. Aku sudah menyelesaikan studi S2-ku, aku pun sudah diterima menjadi dosen di kampusku dulu, dan sekarang sudah menjadi kesibukan utamaku. Kakak angkatanku pun kini juga menjadi dosen luar biasa di kampusku. Sesekali aku bertemu dengannya di kampus.

Aku baru saja menyelesaikan kelas yang aku ajar ketika akhirnya hujan turun dengan lebatnya. Aku membereskan buku-buku, dan keluar ruangan kelas. Aku tak menggubris ketika para mahasiswi yang baru saja ku ajar berbisik-bisik di lorong gedung. Ruang kuliah dan ruang dosen berada di gedung yang terpisah oleh lapangan kecil. Mau tak mau aku harus menembus hujan untuk sampai ke gedung tersebut. Ruang dosen itu berada di gedung yang sama dengan ruang kepengurusanku dulu.

Aku berlari kecil ke arah Gedung A, tempat ruang dosen berada. Aku mengibaskan rambutku, menghilangkan bulir-bulir air hujan. Aku melihat seorang mahasiswi pun sibuk mengeringkan tas dan pakaiannya di depan pintu gedung. Aku melewatinya dan membuka pintu, namun terhenti ketika tanpa sengaja mahasiswi itu malah memegang tanganku.

"Maaf ya mas.." katanya. Mas? Mungkin dia kira aku mahasiswa juga. "aku gak sengaja.. Ma..." kata-katanya terhenti ketika ia menatapku.

Aku terkesiap, perasaan yang telah lama beku itu, seketika saja mencair memenuhi seluruh hatiku. Zee. Ia sedikit berubah, namun tetap dengan semangat yang sama. Aku tersenyum.

"Sedikit berubah, tapi masih sama.." kataku seraya memukul pelan kepalanya dengan bukuku, menahan luapan bahagia di hatiku.

"Mas.." sapanya

Aku sama sekali tak bisa berkata-kata. Hanya mampu mengucapkan "Hai, apa kabar?"

***


Komentar