Zee: Inikah Rasanya?

Hujan deras mengguyur kota ketika aku turun dari pesawat, rasanya sudah banyak sekali yang berubah, pikirku dalam hati. Aku buru-buru meraih payung yang diulurkan oleh ground staff maskapai. Aku melangkahkan kaki dengan senang menghampiri terminal yang di atasnya bertuliskan tulisan SELAMAT DATANG.

Aku kembali kesini, ucapku dalam hati.

*****

Beberapa tahun sebelumnya, tepatnya di semester akhirku.

"Kalau kaya gini gimana?" Ujar ketua rapat, sambil menunjukkan tulisan-tulisan yang ia tulis di whiteboard.

Yup, we're in the middle of meeting, untuk persiapan melakukan perekrutan pengurus baru yang masih akan dimulai beberapa bulan lagi. Aku hanya diam, saat itu pikiranku hanya fokus pada persiapan sidang skripsiku. Maafkan aku pak ketua.

"Ngomong-ngomong, yang hari ini bergiliran jaga siapa aja ya?" Aku mendengar beberapa orang menyahut, lalu kemudian hening. Aku angkat kepalaku dari layar latop dan mendapati semua tatapan mengarah padaku.

"Hehe, aku juga jaga mas..." kataku sambil nyengir kuda

"Kita lagi rapat, jangan fokus ke tempat yang lain dulu.." Omel pak ketua "ya udah deh, besok lagi kita lanjut..ayo, guys, futsal kita..." lanjutnya

Para pria dengan seenaknya mulai melepas pakaian mereka diikuti teriakan para wanita sambil marah-marah keluar ruangan rapat. Saat itu, hanya ada satu yang tenang di kursinya, diam, dan sesekali tertawa melihat tingkah teman-temannya. Jujur saja, saat itu, aku tak terlalu menggubrisnya. 

Ketika para pria itu keluar dari ruangan rapat dengan seragam futsal mereka -termasuk pria kalem itu-, mengambil bola di sudut ruangan, kemudian keluar ruangan, tiba-tiba saja teman wanitaku mendekatiku.

"eh..eh.. kamu lihat gak yang tadi, yang paling tinggi yang paling kalem, cakep ya.." katanya

"ooh, iya.." aku hanya menanggapi seperlunya dan lebih fokus pada laptopku

"Kalau ketawa manis banget...duuh.." ujarnya lagi

"iya.."

"kamu kenapa sih?! datar banget gitu..?" katanya kesal

"Ya aku harus nanggapin gimana dong?" jawabku. Temanku hanya cemberut kesal.

***
by DYAHFAJARNURROHMAH
Esoknya, aku kembali jaga sore, kebetulan kali ini pria kalem itu juga giliran jaga. Waah, sayang temanku yang satu gak ikutan jaga hari ini. Aku tak mengenalnya, ya, aku tau namanya, tapi kami tidak akrab seperti aku pada yang lain.

Ketika aku sudah mulai konsentrasi, para pria ribut sendiri di meja seberang sana, mengerubungi si pria kalem itu dengan laptopnya. Aku menatap kesal ke arah mereka, menggelengkan kepala kemudian mencoba konsentrasi, tapi kemudian:

"Zee, laptopmu merek X juga kan?" salah satu pria memanggilku, aku berpaling kesal

"Iya, emang kenapa?" jawabku ketus

"copy-in ini ke laptopmu deh" katanya seraya memberikanku flashdisk

"buat apa sih?!" jawabku sambil memasangkan flashdisk itu ke portnya

"boleh nyoba bandingin VGA ya.." kata si pria kalem yang sudah duduk dan meletakkan laptopnya di sebelahku.

"bandingin gimana maksudnya mas?" tanyaku sedikit kaget karena si pria kalem sudah ada di sebelahku

"boleh pinjem gak?" katanya sambil menunjuk laptopku, aku hanya menggangguk.

Ia memutar sebuah film yang sebelumnya aku copy dari flashdisk itu, dan memutar film yang sama juga di laptopnya. Ia memiringkan tubuhnya ke arah laptopku. Bolak-balik memandangi layar laptopku dan layar laptopnya. Aku pun jadi ikutan bolak balik memandangi laptopku dan laptopnya.

"Apa yang beda sih mas?" tanyaku yang sudah mulai bisa cair dengannya

"Ini lho, di laptopku kok kaya pecah-pecah ya gambarnya.." katanya yang masih saja bolak balik memandangi layar laptop kami bergantian. Aku memicingkan mata berusaha mempertajam penglihatan.

"sama aja ah mas, bagus kok kualitasnya.. mas nih terlalu perfectionist.." kataku seraya tertawa

"Masa' sih..?" katanya yang masih gak percaya

"lagian seri laptop mas lebih tinggi dari aku, jelas punya mas-lah yang lebih bagus.." ujarku lagi

"Hmmm.." katanya yang masih belum percaya, yang masih melihat bergantian layar laptop kami, namun akhirnya berujung sudah asyik sendiri nonton di laptopnya.

Hari-hari selanjutnya setelah kejadian itu, si pria kalem dan teman-temannya selalu mengganggui diriku yang sedang fokus menyelesaikan naskah skripsi. Yaa, mengganggui dalam arti meminjam laptopku. Huuft, gue mau ngerjain skripsii..!

***

Suatu hari, ketika aku jaga siang, ponselku sudah sedari tadi berdering, dua sahabatku sudah menanti di kost mereka namun aku belum bisa pergi dari ruangan. Aku sibuk mengirimkan pesan ke dua sahabatku itu sampai tak sadar seseorang sudah berada di depanku. Aku menatapnya.

"kamu kok gitu sih, kalau kamu ngefans juga bilang dong, gak usah jawab datar kaya kemarin.." teman wanitaku tiba-tiba ngambek di depanku

"apaan sih..? kok tiba-tiba marah-marah gitu.." tanyaku yang kembali menatap layar ponselku

"aku lihat lho, kemarin sore, kamu sama dia duduk sebelah-sebelahan, aku gak pernah lihat dia duduk di sebelah perempuan.." katanya yang sudah mulai berkaca-kaca

"Ya ampun, waktu itu dia yang tiba-tiba duduk sebelahku, itupun karena mau bandingin VGA laptopnya sama laptopku karena mereknya sama, udah ah, gak usah dibahas deh, sini temenin jaga aja..." kataku seraya menarik lengannya

Aku menamani temanku ini jaga sampai sore, karena partner jaganya hari ini izin tidak bisa datang. Aku segera mengabari dua sahabatku itu kalau aku tak bisa susul ke kost mereka. Akhirnya aku hanya pindah tempat belajar disana karena bukuku berserakan untuk menyelesaikan naskah skripsiku. Tak terasa waktu sudah hampir pukul 5 sore, aku berkemas siap-siap pulang. Teman wanitaku tadi juga sudah pulang duluan karena "mas itu gak ada disini, aku mau pulang cepet aja ah" katanya.

Aku berpamitan pada yang masih berada di ruangan, menyandang tasku, mengambil bukuku, membuka pintu, dan sosok si pria kalem tepat berada di depanku dengan tangan kirinya dalam posisi ingin membuka pintu. Ia masih berpakaian futsal dan memegang sarung tangan keepernya di tangan kanan. Aku menatapnya lama, dan akhirnya sadar baru kali ini aku benar-benar jelas melihat wajahnya. Ia tersenyum padaku, dan memukulkan sarung tangan keepernya ke kepalaku. Aku menunduk mengelus kepalaku. Hatiku mulai berdebar.

"hati-hati ya.." katanya

"pulang dulu ya mas.." kataku sebiasa mungkin

Saat itu, aku mulai merasakan hal yang belum pernah aku rasakan. Ya, perasaan ingin segera bertemu dengannya kembali dan merasakan debaran-debaran itu. Apakah ini rindu?

***

Hari-hari berikutnya, pria kalem itu selalu ada disana. Kami mulai akrab dan banyak terlibat obrolan. Ia mengajariku banyak hal. Ternyata dia lucu juga kok, pikirku. Namun teman wanitaku mulai marah-marah merasa aku curang karena lebih dulu akrab daripada dia. Aku mencoba menenangkan dan menjelaskan, namun teman wanitaku terlanjur marah.

Aku curhat pada dua sahabatku,

"Ya udah, jauhin aja si mas itu, sampai temanmu baikan.." kata sahabatku yang berjilbab lebar

"Jangan dong, biar aja kamu apa adanya, toh itu kan bukan salahmu kalau kamu lebih dulu akrab sama dia.." timpal sahabatku yang tomboy

Aku menganggukk membenarkan perkataan sahabatku yang tomboy. Ada sedikit perasaan lega dan senang mendengar ucapannya.

"Mending dijauhin aja deh..." perkataan sahabatku yang satu membuyarkan perasaan legaku

"kenapa..?" aku sebisa mungkin bertanya dengan nada biasa, namun yang keluar tetap saja nada protes

"kamu suka dia kan?" tanyanya lagi

Aku diam, sahabat tomboyku tersedak dan terbatuk-batuk disana. Aku tak menggubris, hanya menunduk tenggelam dalam perasaanku sendiri.

***

Beberapa bulan kemudian, aku sidang skripsi. Syukurlah aku dinyatakan lulus, aku senang sekali bebanku berkurang. Dua sahabatku yang sedari awal menunggui di luar ruangan sidang pun mengucapkan selamat dan memelukku. Mereka sudah lebih dulu sidang di hari sebelumnya, dan dinyatakan lulus juga. Kami bisa wisuda bareng deh.

Ketika aku dan dua sahabatku tenggelam dalam euphoria, aku melihat sosok yang ku kenal di ujung koridor di dekat tangga. Ah, temanku satu kepengurusan. Aku memanggilnya, melambaikan tangan dan segera menghampirinya.

"Kamu lulus ya... selamat ya..." katanya sedikit lesu

"iya makasih, kamu apa kabar, lama gak ketemu kok jadi lesu gini.. masih marah sama aku gara-gara mas kalem itu?" tanyaku

"Gak kok, lagian waktu itu aku yang keterlaluan, aku kan bukan siapa-siapa mas kalem itu, tapi udah marah-marah sama kamu, dan kamu jadi jarang keliahatan di ruang pengurus..maafin aku ya..."

"hei, gak apa, itu karena aku mau fokus skripsi.. sesekali aku mampir kok, tapi kamu lagi gak ada.." ujarku

"hmm.. oke deh..sekali lagi selamat ya.. dan maafin aku... aku duluan ya, mau ngerjain revisi skripsi nih.." katanya seraya tersenyum

"ooh, oke deh.. semoga lancar ya.."

"iya, kamu juga sesekali mampirlah ke ruang pengurus ya..." katanya dari bawah tangga

"iya..." jawabku

Tapi itu mengingatkanku pada pria kalem itu. Dia di wisuda belum lama ini, dan sejak kejadian marahnya temanku aku sudah jarang bertemu dengannya. Iya, aku menjauh. Dan sekarang, setelah dia di wisuda, aku bakalan hilang kontak dengannya. Duuh, inikah patah hati?


*****

Dan kini, aku kembali ke kota ini. Setelah wisuda S1 waktu itu aku kembali ke kampung halamanku, mencoba mencari pekerjaan sambil juga mendaftar beasiswa. Alhamdulillah, beasiswaku diterima sehingga aku bisa melanjutkan studiku di luar. Tiga tahun ku tempuh studi S2ku, dan kini aku kembali ke tanah air. Bersyukur salah satu kampus swasta membutuhkan tenaga dosen, sehingga aku bisa langsung diterima disana.

Dua sahabatku?

Setelah lulus kuliah, sahabatku yang tomboy membuka usaha online, dan malah jadi sibuk dengan bisnisnya. Sedangkan sahabatku yang satu, tak lama setelah lulus, ia menikah, dan melanjutkan studi S2nya masih di kota yang sama. Aku masih selalu menghubungi dan bertukar kabar dengan mereka.

Dan akhirnya, hari ini, aku bisa bertemu langsung dengan dua sahabatku itu. Aku tak sabar ingin melihat seperti apa mereka sekarang. Dan yaaa, selalu ada kejutan. Sahabat tomboyku berubah menjadi feminim nan modis dengan selalu mengenakan rok-rok panjang dan.....JILBAB yang menutupi rambutnya dulu, ya walaupun karakter tomboynya masih ada.
Sedangkan sahabatku yang satu, masih dengan pandangan teduh yang sama yang mampu membuatku mengeluarkan semua unek-unek ketika dulu masih kuliah. "Jilbabmu udah lebar ya.." katanya setelah sekian lamanya tidak bertemu.

Canda tawa bersama teman-temanku membawaku kembali ke masa-masa kuliah yang kami lalui bersama. Banyak sekali cerita setelah hampir 4 tahun lamanya kami tak bertatap muka, hanya saling mendengar suara lewat telepon, itupun bisa dihitung jari (jari tangan dan jari kaki ya, haha).

"Eh, mampir kampus yuk.." Tiba-tiba saja sahabatku yang tomboy berkata seraya berdiri dari kursinya

"yuk..yuk.. lama gak liat kampus nih.." Ujar salah seorang lagi "kamu ikut kan?" katanya lagi padaku

"Ah.. hmm... oke.." jawabku ragu

**

Temanku yang pertama, bertubuh tinggi, gayanya masih tomboy sekalipun ia sudah mulai terbiasa dengan rok panjangnya. Karakternya yang lepas membuat ia mudah sekali akrab dengan orang lain. Teringat ketika pertama kali aku bertemu dengannya ketika kami satu kelas di salah satu mata kuliah di semester 3, aku sempat mendorongnya jatuh ketika aku mengira dia laki-laki tak dikenal yang ingin memelukku (padahal saat itu ia hanya merentangkan tangannya agar teman di belakangnya tidak menyelas antriannya). Aku tertegun sebentar sampai akhirnya aku menyadari dia wanita, dan berulang kali meminta maaf karena gara-gara itu ia ditertawakan, dan ia hanya menjawab "udahlah, gak apa-apa kok...ngomong-ngomong, siapa namamu?".

Temanku yang kedua bertolak belakang dengan temanku sebelumnya. Ia bertubuh kecil, jilbabnya lebar, dewasa dan wajahnya menenangkan. Kali pertama aku bertemu dengannya adalah di hari pertama aku masuk kuliah. Saat itu aku duduk sendirian, masih asing dengan suasana tanpa seragam sekolah, dan tiba-tiba ia menyapa hangat diriku. "Boleh duduk disini?". Aku hanya mengangguk.

Aku menatapnya lama, masih asing dengan jilbabnya yang lebih lebar dibanding denganku yang seadanya. Aku akui, saat itu aku melihatnya anggun dengan pakaian itu. Ia menatapku balik, tersenyum seraya menutup bukunya. "Namanya siapa mbak? boleh kenalan?" tanyanya.

**

Kami tiba di kampus yang kami maksud. Dan dengan senangnya, temanku yang tomboy buru-buru keluar parkiran yang ada di gedung terpisah dari gedung kampus.

"Waaaah, banyak yang berubah, tapi markas kita masih ada.." ujarnya sambil menatap kami senang.

Iya, markas, sebuah gazebo kecil di taman kampus yang sekarang sedikit lebih lebar dari sebelumnya. Kami berlarian kecil menuju gazebo itu karena rintik hujan mulai turun. Lambat laun rintik hujan semakin deras. Orang-orang di sekitaran kampus mulai berlarian mencari tempat berteduh.

Zaaash

Hujan mulai turun dengan deras, cocok banget nih buat nostalgia di kampus. Dua sahabatku sudah asyik dengan obrolan mereka di gazebo, aku hanya mendengarkan saja yang kemudian memandang berkeliling. Gazebo-gazebo yang ada disana sudah penuh dengan orang berteduh. Sudah ada kantinnya juga sekarang. Aku kembali memandang berkeliling dan terhenti pada sebuah gedung dimana ruang pengurusku dulu berada. Gedung itu tak jauh dari gazebo yang kami singgahi. Aku menatap lama gedung itu, dan memutar ulang semua yang pernah terjadi, termasuk dengan si pria kalem yang tak berapa lama aku kenal. Aku hanya bisa menghela nafas.

Satu bayang yang belarian menuju gedung tersebut membuyarkan lamunanku. Iya mengibas-ngibaskan lengan bajunya yang panjang dan mengibaskan rambutnya seraya menatap langit mendung seolah bertanya "sampai jam berapa hujan ini turun ya..". Aku terus menatapnya hingga akhirnya ia masuk ke dalam gedung. Tak berapa lama, beberapa orang lainnya menyusul masuk ke dalam gedung.

"masuk yuk..."

Tiba-tiba satu suara menghentikan kegiatan observasiku. Aku menoleh ke  pemilik suara yang tak lain adalah sahabat tomboyku. Ku lihat mereka sudah berkemas dan memakai kembali sepatu mereka.

"eh.. lho.. mau ngapain masuk gedung itu..?"

"Sholatlah, udah hampir ashar nih.. mushola kampus kan ada disana.." jawab sahabatku yang satu seraya sudah bersiap berlari menembus hujan.

Aku melirik jam tanganku "iya juga ya.. eh tungguin doong..." teriakku ketika sudah melihat dua sahabatku berlari lebih dulu menembus hujan lalu masuk ke dalam gedung.

Aku bergegas berkemas, memakai sepatuku, lalu bersiap berlari mengikuti dua sahabatku. Aaah, kenapa tadi gak bawa payung aja ya.. pikirku dalam hati.

Aku mengibaskan jilbabku dan tasku berusaha menghilang bulir air hujan disana. Basah deh.. kataku dalam hati sambil memperhatikan sepatuku yang basah. Aku menatap sepatuku lesu, seraya meraih gagang pintu masuk gedung. Namun kemudian ku tarik cepat-cepat tanganku seraya menatap ke arah pemilik tangan yang lebih dulu meraih gagang pintu. Si pemilik tangan pasti kaget tangannya ku pegang tadi.

"Maaf ya mas, aku gak sengaja.. ma.." kata-kataku terhenti ketika aku tau siapa pemilik tangan itu. Seulas senyum tersungging di bibirnya.

"Sedikit berubah, tapi masih sama.." katanya seraya memukulkan bukunya pelan ke atas kepalaku

"Mas..." sapaku pada si pria kalem itu yang tak ku sangka akan bertemu, dan mengulang kembali kenangan pertama kalinya aku rasakan desiran hati itu

"Hai, apa kabar?"

*****

Read: Cerita Dari Sisi Agasa
Read: Akhir Cerita Agasa dan Zee

Komentar

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca....^^