Satu kisah terjalin tak sengaja. Kisah yang tak ku inginkan 'kan berakhir seperti ini. Aku selalu tau pertemuan kan membuahkan perpisahan. Namun berkali-kali ku rasa, aku tak mampu membendung air mata. Duhai, tak bisakah kita tetap bersama kawan.
Rasa yang terlanjur ini telah merasuk ke dalam hingga tak sanggup tuk berpikir kau kan pergi meninggalkanku.
Ah, Tuhan, jika begini rasanya, aku tak ingin ada pertemuan. Ingin rasa aku mengatakan hal itu sekuat tenaga, namun aku menarik diri dari larutnya sedih, dan berkata..
"Dy, Allah pertemukan kita dengan semua orang yang hadir di hidup kita pasti dengan alasan tertentu..." ucapku dalam hati, menenangkan gejolak isakan tangis dan teriakan malam.
Ah, kawan, kau tak tau, aku hanya mampu menangis dalam hati. Diam ku selalu dianggap sebuah ketidak pedulian.
Kawan, aku memang tak mampu menunjukkan betapa ku sayang pada kalian. Aku terbiasa diam. Diam memperhatikanmu.
Karena kawan, aku tau (walau aku terkadang tak mau tau) ungkapan cinta tak harus lewat kata. Bisa dari tangan ini yang selalu ada untuk membantu. Bisa lewat mata ini yang berusaha membantu melihat apa yang tak bisa kau lihat. Bisa lewat bahu ini, untuk bisa kau sandarkan. Bisa lewat kaki ini untuk menemanimu berjalan. Berjalan dalam titian hidup yang mungkin tak mudah bagimu.
Duhai kawan, aku tak tau harus mengungkapkan seperti apa, aku sungguh tak tau caranya. Aku tak mampu lagi tuk terbang, karena kau menjauh.
"ah Dy, kamu lebay deh.."
Biarlah, karena kini, tak ada lagi sayap pelindungku.......
(usap air mata)
Manado, 10.34 pm
dan bila ku harus,
mengakhiri semua ini,
sejujurnya aku tak pernah rela...
it hurts, and still i try to hold my tears, ya this will be a walk to remember, karena hadirmu tak pernah ku sesali
it hurts, and still i try to hold my tears, ya this will be a walk to remember, karena hadirmu tak pernah ku sesali
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca....^^