Gak kerasa sudah 3 tahun aku nge-blog, dengan bejibun posting yang gak jelas haha. Berawal dari iseng untuk menyalurkan hobi ku menulis, sampai akhirnya keterusan (Alhamdulillah, istiqomah sampe sekarang, :D). Yup, itu perjalananku menorehkan tulisan di dunia maya, berbagi ilmu, berbagi cerita dan supaya namaku terkenal dan menuh-menuhin database google #halah :D
Dan kali ini, aku hanya ingin sekedar membuat cerita (gara-gara habis baca novel), malam tahun baru, 2 tahun yang lalu (misterius banget kesannya yak?).
Sore itu, 31 Desember 2010, sepulang aku kerja,
"lagi dimana Ga?" tanya temanku lewat teleponnya sore itu
"ini baru mau pulang dari kantor, ada apaan?"
"mampir ke tempat Bundo-lah sebentar..."
"ada apa emangnya?"
"udah kesini dulu aja..."
"ya, aku kesana, siapin makanan yak..."
Telepon ditutup, aku starter mio putihku, dan melaju pelan (saat itu aku masih beberapa bulan bisa naik motor) ke rumah kawanku, yang biasa ku panggil Bundo.
Sret..sret..sret.. Sampailah aku di tempat yang ku tuju, dan sudah disambut senyum penuh maksud dari mereka. Rumah itu, adalah rumah bujing (tante maksudnya) nya Bundo. Berhubung malam tahun baru, keluarga Bujingnya liburan ke Jakarta, jadilah Bundo sendirian di rumah. Dan karena itulah, mereka jadi punya ide.
"Ga, nginep sini yah... kita bikin acara.." Kata Ella
"Hoeee, kok dadakan?"
"Nanti aku deh, yang bilang sama Mbakmu kalo kamu nginep sini.. Biar gak khawatir" bujuknya lagi
"Iya Nand, nginep sini ya, kan udah lama kita gak ngumpul bareng" Rayu Bundo.
Segala jurus mereka kerahkan untuk membujukku. Sampai akhirnya aku meng-iya-kan ajakan mereka. Aku segera kirimkan pesan singkat pada Mbakku (dulu aku masih ikut Mbakku, yang jarak rumah dan kantor sekitar 17 KM #sesuatu emang), dan segera mendapatkan izin.
"emang mau ngapain sih?" Aku mengalihkan pandanganku dari ponselku ke kedua temanku
Dengan senyum lebar mereka saling berpandangan.
"Nand, ke pasar yuk.."
"Hah??" Aku bingung, bingung dengan ajakan kawanku itu, dan bingung juga kapan mereka ganti baju dengan yang lebih rapi. "Mau ngapain?"
"Beli jagung..."
"Jagung?"
"Kita mau bakar jagung.." Bundo sudah menarik lenganku "Lok, sms Aa' minta tolong belikan arang.." Bundo berkata pada Ella yang kini sudah sibuk dengan ponselnya. "owh iya, sekalian sms-in akang Abim, akang Afif sama WN, suruh datang kesini ba'da isya"
Aku bingung, menatap kedua temanku, dan akhirnya menatap jam tangan-ku, pukul 5 sore lebih beberapa menit.
"Mau masak apa buat makan malamnya?" Kami sudah disambut pertanyaan dari Ella
"Masak ikan kakap aja, kayanya ada di kulkas" Bundo segera menghampiri kulkas dan mengeluarkan ikan kakap merah 3 buah. Ia juga mengeluarkan ikan teri kecil-kecil, teri medan katanya (Bundo ini memang anak Medan). Dan mengeluarkan sayuran.
Ba'da maghrib, kami (atau mungkin lebih tepatnya mereka), mulai memasak. Aku hanya duduk manis, dan sesekali hanya bantu mengupas bawang.
Ba'da isya, selepas sholat isya, aku diminta menggoreng ikan, okelah, kalau cuma menggoreng aku bisa.
"Nand, bikin kuah fuyunghai kaya dulu Nand bikin itu dong, biar nanti disiram di atas ikannya.."
Ramadhan 2009, aku pernah bikin kuah fuyunghai untuk menu buka puasa bersama para akhwat yang lain. Dan disana, kawan-kawan bilangnya enak (lidah mereka lagi kurang sehat apa ya?).
Oke, kembali ke cerita, akhirnya aku buat kuah fuyunghai, sementara kedua temanku sibuk menata makanan. Tak berapa lama datanglah saudara-saudara kami tercinta, membawa arang untuk bakar jagung.
"Nand, nanti dikasih bawang putih ya, dicincang tipis-tipis" Bundo berkata, seraya meninggalkan ku di dapur, menemui teman-teman kami yang lain. (Ella sudah sibuk mulai bakar jagung di depan rumah). Sayup-sayup ku dengar sedikit percakapan bundo dan beberapa teman di depan pintu dapur.
"Mana Dyah?" Tanya Yode, yang biasa di panggil Aa'
"Lagi masak tuh..."
"Emang bisa?" Nada ragu dan meledek terdengar dari Yode
"Mana-mana dia yang lagi masak, ane mau liat.." ucap akang abim
Aku hanya meringis sebal sambil mengiris bawang putih dengan asal, membuka lemari dibawah, dan aarrrggghhh...(gak se-lebay ini sih aku teriak dulu itu) Aku berteriak dengan sukses membuat beberapa teman yang sedang bakar jagung di depan buru-buru ke dapur, dan melihatku menepi ke ruang keluarga (yang sebelahan sama dapur).
"kenapa Nand?" dengan muka khawatir Bundo bertanya. Tatapan-tatapan ingin tau pun datang dari beberapa teman. Aku nyengir tak berdaya sambil menunjuk lemari. Spontan mereka pun melihat ke dalam lemari.
"Yaelah, sama kodok aja teriak..." Si Aa Yode yang pertama kali buka, dan segera mencari alat buat buang itu kodok. Bundo hanya senyum, agak geli juga mungkin, kodok gendut itu ada di dalam lemari.
Dan aku masih terduduk merinding di ruang keluarga, lemas. Perlu aku tekankan, aku GAK takut sama kodok, cuma geli, brrrr.
"Takut kodok po dek?" tanya si Akang Abim, yang sekarang iseng nyodorin kodok ke arah ku, dan membuatku berdiri dan hampir kabur ke lantai dua.
Bakar jagung selesai, masak pun selesai (walau hasil potongan bawang putihku terlalu besar dan sepertinya malah merusak rasa fuyunghainya, hiks), dan kami pun makan.
Tepat pukul 12.00 malam, mulailah suara cetar (bukan badai yang membahana ya.. :D) kembang api terdengar. Bundo dan Ella segera saja turun dari tempat tidur, melihat kembang api dari balik jendela kamar yang ada di lantai 2. Aku hanya membenarkan letak bantal dan tertidur lagi, tak tertarik.
"Saga ki malah tidur.." Omel Ella dengan logat jawanya.
Dan entah apa lagi yang mereka perbincangkan, aku sudah tak mendengar. Tidur.
Esok paginya, agenda kami yang lain. Ke Pantai Wedi Ombo. Rencana awal, semua yang hadir semalam akan ikut, ternyata yang bisa cuma Aa Yode dan WN. Dan tau gak, aku yang baru beberapa bulan bisa naik motor, sudah di ajak ke sana, dengan jalanan ke pantai tersebut berliku, dan aku harus boncengan Bundo, how great i am.. <-- #nyombong.
Pulang-pulang, motorku servis total, haha :D
Aku hanya meringis sebal sambil mengiris bawang putih dengan asal, membuka lemari dibawah, dan aarrrggghhh...(gak se-lebay ini sih aku teriak dulu itu) Aku berteriak dengan sukses membuat beberapa teman yang sedang bakar jagung di depan buru-buru ke dapur, dan melihatku menepi ke ruang keluarga (yang sebelahan sama dapur).
"kenapa Nand?" dengan muka khawatir Bundo bertanya. Tatapan-tatapan ingin tau pun datang dari beberapa teman. Aku nyengir tak berdaya sambil menunjuk lemari. Spontan mereka pun melihat ke dalam lemari.
"Yaelah, sama kodok aja teriak..." Si Aa Yode yang pertama kali buka, dan segera mencari alat buat buang itu kodok. Bundo hanya senyum, agak geli juga mungkin, kodok gendut itu ada di dalam lemari.
Dan aku masih terduduk merinding di ruang keluarga, lemas. Perlu aku tekankan, aku GAK takut sama kodok, cuma geli, brrrr.
"Takut kodok po dek?" tanya si Akang Abim, yang sekarang iseng nyodorin kodok ke arah ku, dan membuatku berdiri dan hampir kabur ke lantai dua.
Bakar jagung selesai, masak pun selesai (walau hasil potongan bawang putihku terlalu besar dan sepertinya malah merusak rasa fuyunghainya, hiks), dan kami pun makan.
Tepat pukul 12.00 malam, mulailah suara cetar (bukan badai yang membahana ya.. :D) kembang api terdengar. Bundo dan Ella segera saja turun dari tempat tidur, melihat kembang api dari balik jendela kamar yang ada di lantai 2. Aku hanya membenarkan letak bantal dan tertidur lagi, tak tertarik.
"Saga ki malah tidur.." Omel Ella dengan logat jawanya.
Dan entah apa lagi yang mereka perbincangkan, aku sudah tak mendengar. Tidur.
Esok paginya, agenda kami yang lain. Ke Pantai Wedi Ombo. Rencana awal, semua yang hadir semalam akan ikut, ternyata yang bisa cuma Aa Yode dan WN. Dan tau gak, aku yang baru beberapa bulan bisa naik motor, sudah di ajak ke sana, dengan jalanan ke pantai tersebut berliku, dan aku harus boncengan Bundo, how great i am.. <-- #nyombong.
Pulang-pulang, motorku servis total, haha :D
Nostalgia ni yee.. mana foto2nya? kata org2 no photo=hoax lho :P
BalasHapusOh Anda ini ya si tukang kupas dan iris bawang waktu itu? Haha..
BalasHapusaku lagi nyari2 cerita pas kita ke Goa Pindul, malah nemu ini...hahahahaha...pipi q panas ketawa trus...jd nostalgila deh....abis itu nangis.. T_T
BalasHapus