"Yakin deh mbak, tanpa aku disini semua akan baik-baik saja kok... manusia itu akan cepat terganti, Tapi setidaknya silaturahmi itu yang menjadi pembeda nantinya.. "
src: https://i-d.vice.com/en_gb/article/kids-in-love-olivia-bee |
Salah satu kiriman chat dari kawanku sungguh sukses membuat mata ini menggenangkan air mata. Yaa, i'm a crybaby. Tipe introvert dan perasa banget. Sekalinya sayang akan terus beri perhatian lebih. Tapi ketika disakiti, lukanya gak hilang-hilang. :D
Aku mungkin pernah patah hati, atau anggaplah itu sebuah patah hati, entahlah. Ketika sahabat lama, yang sudah bertahun-tahun lost contact sejak aku pindah ke Jogja, berkomunikasi kembali.
Aku rindu padanya, pada setiap momen bercengkerama dengannya di kantin sekolah, di masjid sekolah, di selasar depan kelas, di ruang lab, di jalan menuju sekolah. Aku selalu bertanya apa kabarnya dia sekarang ya. Ya, aku terlalu sayang padanya. Ketika akhirnya kami kembali berkomunikasi, ada rindu dimana kami selalu curhat apapun, tentang kakak kelas yang dikagumi, tentang pelajaran kimia yang merupakan keahliannya, tentang remedial fisika yang gak ada ujungnya. Namun, rindu itu hanya sekedar rindu, atau lebih tepatnya, rindu itu hanya aku yang rasa. Dia dingin, tak sehangat dulu. Aku pikir saat itu "ah mungkin hanya karena ia sibuk". Tapi chat kemudian tetap saja sama.
"Kan semua bisa berubah dyah, Begitu juga dengan orang to?"
Iya sih, tapi rasanya... aku tersakiti.
Dan kini, aku merasakan patah hati yang kedua (Duuh, kenapa aku perasa banget siih..). Ketika aku sedih sendiri dengan perpisahan ini, ia tak merasakan hal yang sama, dingin tak sehangat dulu. Ingin rasanya aku menjadi seorang yang berhati batu, tak lara sendiri, tapi nyatanya aku tak bisa. Aku tau, aku akan cepat terganti. Tapi memikirkan hal ini, entah kenapa rasanya sakit. Ini mungkin yang namanya bertepuk sebelah tangan. Sakit dan menyesakkan.
Aku harus gimana?
Aku harus gimana?
ya ya ya... kupaham rasa itu mb. *tos dulu
BalasHapus*Tos.. :D kangeeen dek.. :*
Hapus