pic download from freepik.com |
Suara di ujung telepon sana mulai bercerita. Dari awal rasa itu tumbuh, hingga akhirnya membuahkan rindu. Rindu yang bersemai dari benih rasa yang tak tau sejak kapan ada di hati itu. Aku hanya tersenyum, rasanya sudah lamaa sekali tak mendengarkan ceritamu lagi. Kini, aku yang malah rindu padamu.
"aku menjauh mbak, tapi aku takut dia berprasangka kalau aku dekat karena butuh, aku harus gimana ya mbak?"
Sejujurnya, aku juga gak tau dek. Dulu, aku hanya mampu bersembunyi dalam kata. Ku biarkan ia menerka hingga akhirnya ia menjauh, aku menjauh.
Rindu?
Ada dan menyesakkan dada, hingga terkadang berharap untuk bisa bertemu dan mengatakannya. Cobaan hati itu semakin menjadi ketika aku harus terjebak dalam komunikasi yang rutin, dan aku pun terjebak dengan rasaku sendiri.
Aku menjauh, lebih tepatnya, aku lari darinya. Rasa itu sudah tak sanggup ku bendung. Aku hanya mampu tersenyum dan menghela nafas setiap kali bersamanya, berharap diriku yang lain tidak mengatakan apapun, berharap rasa itu tetap berada pada tempatnya.
Jika kau bertanya kau harus bagaimana, aku rasa hanya kau yang tau jawabannya. Hati itu milikmu. Kau telah lama mengenal hatimu, kau tau kapan hatimu mampu membentengi dirinya. Biarlah rasa itu ada, namun simpanlah di sudut terkecil hatimu, hingga akhirnya kau temukan orang yang tepat yang mampu menjangkaunya. Karena cinta itu dek, transparan, kau yang menentukan sendiri warnanya.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca....^^