Membelah Diri

"Kau ingin menjaga perasaan semua orang Dy?" sudut hatiku tertawa tergelak "mustahil... yang ada kau akan menyakiti perasaan semua orang.." katanya lagi dengan gelak tawa yang sama.

Aku bungkam.


Pukul 01:09 pagi. Di luar hujan deras. Suara petir menyambar terdengar. Yogyakarta akhir-akhir ini hujan setiap malam.

Dalam remang cahaya kamar. Aku kembali membuka laptop biruku. Untaian kata sudah menumpuk di kepala. Tak bisa tidur. Sakit yang sama kembali menyerangku.

"kau ingin menjaga perasaan semua orang Dy?"

Kembali aku ulang pertanyaan yang terlontar dari sudut hatiku. Aku diam. Tak bisakah aku?
Tanyaku, diiringi satu bulir air mata yang sudah menggenang di sudut mata.

"Tidak..!" jawab sudut hatiku

"Tapi pasti ada caranya..."

"Sudahlah.. kau hanya akan menyakiti semuanya, bahkan dirimu sendiri.."

Aku terdiam.

Tak bisakah? Aku kembali bergumam. Serangkaian kejadian kembali mengisi kepalaku selayaknya film yang sedang diputar. Bermacam kata andai kembali menyeruak dari tidur panjangnya.


Pukul 01.20 pagi. Aku masih terjaga. Kini belakang kepalaku yang sakit. Dan kata-kata andai itu masih saja menggantung di pikiran.

Andai aku bisa membelah diri, antara diriku yang ini dengan diriku yang itu. Iya, andaikan aku bisa seperti amoeba yang bisa membelah diri...

"kalau sudah bisa membelah diri, terus kau mau apa Dy?"

Hmmm...

Komentar