Hai Alpha,
Hari ini kota sedikit mendung, terlihat sejuk. Enak deh buat jalan-jalan.
Tanganku terhenti mengetikkan kalimat dalam sebuah e-mail. Aku hanya terdiam memandang layar ponselku itu. Menatap alamat e-mail yang ada disana dengan mata nanar.
Hari ini, aku dan beberapa kawan mengerjakan tugas bersama.
Aku terdiam lagi, kini hanya mampu menatap tombol Send di sudut kanan layar ponsel. Dengan ragu aku menekannya. Sudah tak terhitung e-mail yang ku kirim saat itu. Tanpa ada balasan yang selalu --dengan egoisnya-- aku harapkan.
Haaah, lihatlah mendung putih menggelayut di langit.
Car free day sekarang ya...
Gerimis sudah mulai berjatuhan ke atas wajahku. Dengan berlari kecil, aku menuju salah satu bookstore. Toko buku yang juga merangkap sebagai kafe. Pintu dan jendela-jendela kaca kafe tersebut memberitahuku bahwa belum ada pengunjung di sana. Hanya ada beberapa pegawai kafe yang sedang menyusun dan membersihkan meja kursi di sana.
"Selamat siang, selamat datang..." Sapa penjaga kasir ketika aku membuka pintu kafe, membuatku menyempatkan diri untuk melihat jam yang menempel di dinding di belakang kasir tersebut. Masih pukul 10. Pikirku
Aku tersenyum dan berkata "Siang". Para pegawai lain menghentikan aktifitas mereka, dan menatapku dengan tersenyum. Mereka menungguku memilih salah satu meja untuk aku tempati saat itu.
Aku memilih salah satu meja yang terletak dekat jendela di seberang ruangan. Melewati labirin rak -rak buku --yang tidak terlalu tinggi-- yang juga merangkap sebagai sekat / pembatas antara sekumpulan meja-meja. Sehingga seolah menciptakan ruangan-ruangan tersendiri.
Di sudut sebelah kiri ruangan, hampir ke tengah, berjajar rapi rak-rak buku berwarna putih yang lebih tinggi, menampilkan buku-buku baru yang dijual di sana. Rak-rak buku itu berbentuk selayaknya rak pada umumnya. Sedangkan rak buku kecil --yang juga dijadikan sekat ruangan-- berbentuk unik. Ada yang melingkar-lingkar, ada yang berbentuk belah ketupat, ada pula yang seperti sarang lebah.
Di sudut sebelah kiri ruangan, hampir ke tengah, berjajar rapi rak-rak buku berwarna putih yang lebih tinggi, menampilkan buku-buku baru yang dijual di sana. Rak-rak buku itu berbentuk selayaknya rak pada umumnya. Sedangkan rak buku kecil --yang juga dijadikan sekat ruangan-- berbentuk unik. Ada yang melingkar-lingkar, ada yang berbentuk belah ketupat, ada pula yang seperti sarang lebah.
D
Aku menatap ke langit-langit kafe, sebuah penanda bertuliskan D menggantung di sana. Aku segera menghempaskan tasku ke kursi sofa panjang berwarna hijau muda. Salah satu waitress --yang mengikutiku sampai ke kursiku-- menyodorkan buku menu seraya mengeluarkan smartphonenya.
"Coklat panas ada?" tanyaku padanya tanpa sedikit pun membuka buku menu.
"Ada kak.." jawabnya
"Aku pesan itu.."
Waitress itu mengetikkan sesuatu pada smartphonenya. "Ada lagi kak?" tanyanya yang kini sudah kembali menatapku.
"Itu dulu aja deh..... buku menunya ditinggal aja ya.." kataku ketika melihat waitress itu hendak mengambil kembali buku menu yang ia sodorkan.
Aku menyandarkan tubuhku ke sofa, mengeluarkan ponselku, mengetikkan chat singkat untuk kawan-kawanku. Dan kemudian, kembali membuka aplikasi e-mail ku.
Alpha,
kalau kau disini pasti kamu protes karena aku pesan coklat panas lagi..
btw, disini mulai gerimis..
"Terima kasih.." ucapku pada waitress yang mengantarkanku secangkir coklat panas.
Aku kembali menatap layar ponselku, dan menekan tombol Send.
Dengan helaan nafas aku meletakkan sembarangan ponselku di atas meja. Memandang berkeliling kafe. Sudah ada beberapa pengunjung lain yang datang kesini. Baik yang hanya sekedar melihat-lihat etalase buku-buku yang dijual maupun yang duduk-duduk menikmati beberapa menu yang disuguhkan disini.
Rak buku kecil yang berada didekat mejaku memajang beberapa buku-buku novel yang bisa dibaca di tempat. Aku mengambil salah satunya, membukanya. Ada beberapa lipatan-lipatan kecil di beberapa halaman. Sepertinya orang yang sama sering berkunjung kesini.
Aku langsung menuju ke halaman belakang, ingin tau akhir dari cerita buku yang aku pegang. Aku membaca bab akhir dari buku itu. Sebuah cerita misteri, yang berakhir pada monolog pengakuan tokoh antagonis buku tersebut yang tak lain adalah tokoh "Aku" di buku itu.
Menarik. Aku kembali ke halaman depan dan mulai membacanya. Sesekali melihat jam tanganku bergantian dengan melihat ke arah pintu kafe. Sudah hampir pukul 11, dan kawan-kawan yang ku tunggu belum juga datang.
Akhirnya, --entah setelah kali berapa aku menatap ke arah pintu-- sosok yang ku tunggu muncul juga dengan senyuman dan lambaian tangan sebelum akhirnya menghampiriku.
"Maaf..." katanya sambil menangkupkan kedua tangannya.
Kesalku hilang melihat wajah kawanku yang masih seperti anak-anak ini. Aku mulai mengeluarkan laptopku dan beberapa catatan kuliah. Sementara ia masih membuka buku menu yang sudah ada di atas meja. Tak berapa lama, ia mulai melambaikan tangannya ke arah waitress.
Tanya jawab terkait menu berlangsung antara dia dan waitress. Ya, kawanku yang satu ini agak pemilih dalam hal makanan. Aku menunggu sambil kembali membuka aplikasi e-mail lewat ponselku. Dari sudut mataku aku melihat kawanku kembali melambai. Aku mengalihkan pandanganku dan melihat 2 sosok wanita lain menghampiri meja kami.
"Tunggu sebentar ya kak.." katanya pada waitress. Waitress itu hanya mengangguk, dan bergeser memberi jalan untuk kedua kawanku yang baru saja datang.
Satu orang duduk di sebelahku, dan yang satu duduk di seberang, di sebelah kawanku yang pertama datang. Dan kembali, mereka sibuk mengerubungi buku menu yang ada di atas meja, dan mulai menginterogasi waitress yang dengan sabar masih berdiri menunggu disana dengan menggenggam smartphone yang siap merekam setiap pesanan mereka.
Alpha,
Di luar sudah mulai hujan. Aku tau kamu juga suka duduk dekat jendela untuk melihat hujan kan?
Bikin tenang ya kalau lihat hujan tuh.. rasanya kita ikut hanyut dalam aliran hujan yang jatuh.
"Ara.." Tetiba ketiga kawanku menyebutkan namaku bersamaan.
Aku melihat ke arah tiga kawanku itu, dan disambut dengan senyuman iseng mereka. Aku melihat waitress itu mengetikkan sesuatu di smartphonenya, dan kemudian pergi. Aku menaikkan satu alisku menatap mereka, dan tau pesanan mereka dimasukkan dalam pesanan atas namaku. Aku memutar bola mataku dan kembali menatap layar ponsel.
"E-mail ke alpha lagi?" tanya kawan di sebelahku sambil mengeluarkan laptop dan buku catatannya sendiri.
"Alpha itu siapa sih Ra? kok sering banget kamu kirimi e-mail" tanya kawanku yang duduk di seberangku.
Kawanku yang satu lagi, hanya diam menatapku. Ya, dia tau siapa Alpha.
"Kawanku... my partner in crime.." Kataku sambil menekan tombol Send di layar ponselku.
"Emangnya dia sekarang dimana Ra? luar negeri ya? kamu gak punya nomor (ponsel) nya? kok kirimnya e-mail terus?" Kawan di seberangku memberondong pertanyaan.
Aku tersenyum sambil membuka laptopku. "E-mail aja gak pernah dibalas Vi, untuk apa aku punya nomor ponselnya"
"lho kok gitu? itu bukan 'partner in crime' namanya.." protesnya
"haha, karena e-mail pun gak mungkin berbalas Vi, dia... ada di dunia yang berbeda..." jawabku sambil menatap kosong layar laptopku yang mulai mengedip menyala.
Sejenak Hening.
Kawan di sebelah dan di seberangku menatapku kaget, lalu kemudian tertunduk. Sedangkan yang satunya, hanya menatap nanar ke arah laptopnya sendiri.
"Haha,, sudaaah, yuk kita mulai ngerjain.. tapi kayanya kita potong untuk sholat Zuhur dulu ya.." kataku mencoba memecah keheningan. Tak berapa lama waitress yang sama mengantarkan pesanan ketiga kawanku.
"Ra, " panggil kawan di seberangku "kita boleh jadi 'partner in crime'mu kan ya?" katanya seraya tersenyum. Dua kawan yang lain juga tersenyum ke arahku.
"indeed, girls.."
Mereka tersenyum dan mulai sibuk membuka-buka catatan dan berdiskusi. Aku menatap aplikasi e-mail yang masih terbuka di ponselku. Membuka satu folder khusus disana, dan membuka e-mail terakhir yang dikirim 2 tahun lalu.
Ra, pokoknya kamu harus cerita sama aku..!!
PS:
Sesekali panggil namaku dong, jangan dipanggil Alpha terus.
-Rafa-
Aku hanya tersenyum,
Aku sudah menepatinya Ra, sekalipun kau tak akan pernah mungkin membaca dan membalasnya.
Rak buku kecil yang berada didekat mejaku memajang beberapa buku-buku novel yang bisa dibaca di tempat. Aku mengambil salah satunya, membukanya. Ada beberapa lipatan-lipatan kecil di beberapa halaman. Sepertinya orang yang sama sering berkunjung kesini.
Aku langsung menuju ke halaman belakang, ingin tau akhir dari cerita buku yang aku pegang. Aku membaca bab akhir dari buku itu. Sebuah cerita misteri, yang berakhir pada monolog pengakuan tokoh antagonis buku tersebut yang tak lain adalah tokoh "Aku" di buku itu.
Menarik. Aku kembali ke halaman depan dan mulai membacanya. Sesekali melihat jam tanganku bergantian dengan melihat ke arah pintu kafe. Sudah hampir pukul 11, dan kawan-kawan yang ku tunggu belum juga datang.
Akhirnya, --entah setelah kali berapa aku menatap ke arah pintu-- sosok yang ku tunggu muncul juga dengan senyuman dan lambaian tangan sebelum akhirnya menghampiriku.
"Maaf..." katanya sambil menangkupkan kedua tangannya.
Kesalku hilang melihat wajah kawanku yang masih seperti anak-anak ini. Aku mulai mengeluarkan laptopku dan beberapa catatan kuliah. Sementara ia masih membuka buku menu yang sudah ada di atas meja. Tak berapa lama, ia mulai melambaikan tangannya ke arah waitress.
Tanya jawab terkait menu berlangsung antara dia dan waitress. Ya, kawanku yang satu ini agak pemilih dalam hal makanan. Aku menunggu sambil kembali membuka aplikasi e-mail lewat ponselku. Dari sudut mataku aku melihat kawanku kembali melambai. Aku mengalihkan pandanganku dan melihat 2 sosok wanita lain menghampiri meja kami.
"Tunggu sebentar ya kak.." katanya pada waitress. Waitress itu hanya mengangguk, dan bergeser memberi jalan untuk kedua kawanku yang baru saja datang.
Satu orang duduk di sebelahku, dan yang satu duduk di seberang, di sebelah kawanku yang pertama datang. Dan kembali, mereka sibuk mengerubungi buku menu yang ada di atas meja, dan mulai menginterogasi waitress yang dengan sabar masih berdiri menunggu disana dengan menggenggam smartphone yang siap merekam setiap pesanan mereka.
Alpha,
Di luar sudah mulai hujan. Aku tau kamu juga suka duduk dekat jendela untuk melihat hujan kan?
Bikin tenang ya kalau lihat hujan tuh.. rasanya kita ikut hanyut dalam aliran hujan yang jatuh.
"Ara.." Tetiba ketiga kawanku menyebutkan namaku bersamaan.
Aku melihat ke arah tiga kawanku itu, dan disambut dengan senyuman iseng mereka. Aku melihat waitress itu mengetikkan sesuatu di smartphonenya, dan kemudian pergi. Aku menaikkan satu alisku menatap mereka, dan tau pesanan mereka dimasukkan dalam pesanan atas namaku. Aku memutar bola mataku dan kembali menatap layar ponsel.
"E-mail ke alpha lagi?" tanya kawan di sebelahku sambil mengeluarkan laptop dan buku catatannya sendiri.
"Alpha itu siapa sih Ra? kok sering banget kamu kirimi e-mail" tanya kawanku yang duduk di seberangku.
Kawanku yang satu lagi, hanya diam menatapku. Ya, dia tau siapa Alpha.
"Kawanku... my partner in crime.." Kataku sambil menekan tombol Send di layar ponselku.
"Emangnya dia sekarang dimana Ra? luar negeri ya? kamu gak punya nomor (ponsel) nya? kok kirimnya e-mail terus?" Kawan di seberangku memberondong pertanyaan.
Aku tersenyum sambil membuka laptopku. "E-mail aja gak pernah dibalas Vi, untuk apa aku punya nomor ponselnya"
"lho kok gitu? itu bukan 'partner in crime' namanya.." protesnya
"haha, karena e-mail pun gak mungkin berbalas Vi, dia... ada di dunia yang berbeda..." jawabku sambil menatap kosong layar laptopku yang mulai mengedip menyala.
Sejenak Hening.
Kawan di sebelah dan di seberangku menatapku kaget, lalu kemudian tertunduk. Sedangkan yang satunya, hanya menatap nanar ke arah laptopnya sendiri.
"Haha,, sudaaah, yuk kita mulai ngerjain.. tapi kayanya kita potong untuk sholat Zuhur dulu ya.." kataku mencoba memecah keheningan. Tak berapa lama waitress yang sama mengantarkan pesanan ketiga kawanku.
"Ra, " panggil kawan di seberangku "kita boleh jadi 'partner in crime'mu kan ya?" katanya seraya tersenyum. Dua kawan yang lain juga tersenyum ke arahku.
"indeed, girls.."
Mereka tersenyum dan mulai sibuk membuka-buka catatan dan berdiskusi. Aku menatap aplikasi e-mail yang masih terbuka di ponselku. Membuka satu folder khusus disana, dan membuka e-mail terakhir yang dikirim 2 tahun lalu.
Ra, pokoknya kamu harus cerita sama aku..!!
PS:
Sesekali panggil namaku dong, jangan dipanggil Alpha terus.
-Rafa-
Aku hanya tersenyum,
Aku sudah menepatinya Ra, sekalipun kau tak akan pernah mungkin membaca dan membalasnya.
Yogyakarta,
Cerita iseng di sore hari,
di kantor
Sedih Nda, ceritain dong ke Aa...
BalasHapus