Thousand Tears

"Mbak, pinjam bahumu..."

Masih terngiang kalimat salah satu kawanku. Apa yang bisa aku lakukan selain meminjamkan bahu ini untuknya.


Menangislah kawan, hingga tak ada lagi air mata untuk esok.

"kenapa kamu gak hibur aku sih, aku lagi butuh dihibur.." ucap kawanku yang lainnya

Kawan, sungguh aku tak tau bagaimana aku harus menghiburmu. Sungguh aku tak tau bagaimana menghilangkan sedihmu. Aku berusaha menghibur, tapi kau memilih untuk terus menyakiti diri.
Maafkan aku yang tak berdaya menarikmu dari sedihmu. Percayalah aku pun sedih melihatmu seperti itu.

Aku hanya mampu mengangkat wajahku, membendung ribuan air mata yang memaksa keluar, hingga menganak sungai di ujung mata. Duhai, inikah sedih?

"kenapa sih kamu datang saat lelahku, bukan disaat aku tertawa.."

Kawan, kalimatmu menancap jauh, perih, hingga satu titik air mata tak mampu lagi ku bendung. Maafkanlah aku, jika selama ini aku hanya mampu datang saat kau lelah, atau mungkin kau yang menghampiriku disaat lelah?


Tidak, aku tak bermaksud mengeluh kawan. Kau boleh datang kapan pun kau mau. Sungguh aku ingin berbuat apapun untukmu, tapi sekali lagi ku tersadar aku hanya mampu diam.

Dan kembali, aku teringat obrolanku dengan saudaraku, bolehkah aku menangis?




dear thesisku,
kamu udah sampe mana? hiks..
*ngunyah kertas*
Yogyakarta 23.24

Komentar