Putih Abu-Abu

phinueisal.wordpress.com

Malam ini, gara-gara chatting sama kawan lama.

"Jar, kalo nanti lo nikah, jangan pake dipisah napa, secara temen lo kebanyakan cowo nih disini" tulisnya dalam sebuah chat

"hahah, iya yak, ga berasa temen gw cowo semua yang satu kampung"

"makanya, jangan-jangan lu pake cadar lagi"

"gak Mi, gw masih kaya biasanya.."

"iya sih, sekarang mah cantik, beda ama dulu. Dulu mah lu keliatan lebih macho"

Maksud lo?!!

Aku ketawa aja inget zaman jahiliyah dulu. Duuh.. :))
Tapi gara-gara itu, jadi keinget zaman sekolah *langsung muter lagu sheila on 7*.

Namanya Adham (bukan nama samaran). Ikhwan lugu, yang sekelas dari kelas XI SMA.

SMA kami, masuk jauh dari jalan besar. Kalau mau ke sekolah kami harus naik ojek atau BMW.

cieee, tajir bener pake BMW...

Yah, itulah sebutan untuk alat transportasi kami yang merupakan singkatan dari Becak Merah Warnanya, hahay :D. Tapi yang paling sering aku lakukan adalah jalan rame-rame sambil ngrumpi. Tapi, kalau udah mendekati jam 7, panik deh rame-rame, lari-larian biar jangan sampai gerbang sekolah udah terkunci duluan sebelum kami masuk.

Oke, balik lagi ke Adham (penulis blognya agak random nih, haha). Di dekat sekolah kami ada pedagang es kopyor langganan kami kalau siang sudah terasa menyengat. Dan siang itu...

"Jaar..." Adham berlari menghampiriku yang lagi antri beli es kopyor. Aku hanya menatapnya dengan tatapan bertanya "Eh, lu bisa baca tulisan Jepang kan? tolong dong bacain ini apa artinya.."

Ia memberikanku secarik kertas dengan rangkaian huruf hiragana yang ditulis dengan pena biru. Aku tersenyum membacanya. "Cuma bilang makasih sama ngasih semangat.." Kataku sambil mengembalikan secarik kertas itu.

"Oooh..." katanya, yang senyum-senyum sendiri sambil liatin si kertas. Dham, itu kertas lho Dham.. :|

"Emang dari siapa Dham?"

"Ada deh.." katanya sambil pergi meninggalkan ku bengong sendirian.

Zaman itu belum banyak yang punya ponsel untuk saling tukar pesan, yang ada surat-suratan. Bahkan kalau udah mulai suntuk di kelas, mulai deh antar bangku saling tukar-tukaran gambar atau "sms-an" pake kertas.

Namanya Eni, jilbaber satu ini punya hobi yang sama, NONTON ANIME. Zaman itu, gak kehitung anime yang diputar di televisi. Bayangkan, udah SMA masih aja nonton anime (wajar kan ya..? ya..? ya..? #maksa). Kalau lagi istirahat, makan jajanan kantin di kelas. Selain ngobrol, kami akan nyanyikan lagu-lagu anime sama-sama, sekali lagi LAGU ANIME, bukan lagu-lagu pada umumnya. Dari mulai lagu doraemon, shinchan, ninja boy, p-man, hamtaro sampai ke anime ghost at school (dan saat itu, kami kelas XI SMA, #tepokJidat).

Namanya Enok. Jilbaber satu ini baru akrab waktu naik ke kelas XII. Jago banget bahasa inggris, dan partner in crime paling kompak buat gue. Ketika bikin video perpisahan tiap kelas --waktu itu pelajaran matematika-- kawan satu kelas + guru matematika tau kalau lagi direkam kegiatan kelasnya, semua melambaikan tangan.

Dan apa yang kami lakukan?

Berantem sendiri di meja kami, entahlah apa yang kami bahas sampai gak ngeh kalau lagi diabadikan untuk video perpisahan T~T (parahnya kami, baru sadar ketika nonton videonya yang udah dibagikan ke siswa kelas XII seantero sekolah).

Namanya Elen. Kalau mau tau siapa siswa yang baru ikut remedial fisika sekali (itu pun karena dia sakit) selama SMA? Jilbaber inilah orangnya. Sampai kadang gak habis pikir, gimana cara dia bisa ingat rumus fisika yang bejibun banyaknya itu. Suatu ketika, aku dan Enok marahan alias diem-dieman, Elen inilah yang tau duluan dan langsung bilang "kalian kenapa sih? duduk jauh-jauhan gitu? biasanya kelas rame kalian debat". Sampai sekarang, aku gak ingat alasan kami marahan dulu, haha.

Zaman sekolah, ngangenin juga... ^^

Banda Aceh, 01:05 am

gak bisa tidur, padahal besok masih kerja