Mendung Tak Selalu Kelabu

Laa Tahzan, Innallaha ma 'ana...
Kalimat yang sering kita dengar tentunya, janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.


"sedih aja gue Jar, gue berusaha semampu gue buat bikin ibunya setuju, tapi..." curhat salah satu teman SMAku

"ya, gimana gak sedih, gue udah nunggu sampe sore, dia gak datang-datang buat jemput gue, gak taunya dia...." teman SMAku yang lain curhat

"mbaaak, gak lulus.... hiks..."

"mau gimana lagi dek, bukan jodoh mas mungkin..." kakak angkatan ikut curhat

Dan banyak lagi kalimat yang meng-apresiasikan kesedihan, yang bahkan hanya mengucap "Mbaak.." atau "Dek.." atau memanggil namaku dengan ekspresi sedih.

Ya, apalagi yang bisa kulakukan, selain menyiapkan telingaku untuk mendengarkan mereka. Karena hanya itu yang bisa kulakukan. Dan karena aku sendiri pun belum mampu menepis kesedihanku sendiri, bagaimana mungkin aku bisa menepis kesedihan orang lain.

"kok cuma diem dek?"

Aku harus bicara apa? Aku takut kalimatku malah semakin membuat mu sedih. Aku takut kalimatku sama sekali tak bisa mengusir sedihmu.

Tapi kawan, mendung tak selalu kelabu, adakalanya ia berwarna putih. Rintik air yang turun tak selalu pertanda kesedihan, adakalanya ia membantu menyapu semua sedih di hati dengan air cinta-Nya.

Sedih harimu kali ini kawan bukan berati hidupmu pun buruk, ia hanya bumbu kehidupan yang pasti kau rasa untuk semakin peka dan bersyukur, yang kan membawa sebongkah bahagia yang tak akan memperkeruh hatimu.

Karena bahagia adalah mensyukuri apa yang sudah kita miliki, karena bahagia itu sederhana.





mendung siang tadi, percakapan demi percakapan,
kembali mengajak jemariku menekan tuts-tuts hitam laptopku
menuliskan rangkaian kata yang terlintas...
'tuk usir sebentar saja, rasa yang complicated ini
di hati...
#ceile... :D

Komentar