Suamiku, aku tau kau mulai jenuh padaku.
Perhatian dan kekhawatiranmu padaku dulu di awal pernikahan kita, seakan dihempas oleh waktu yang berlalu.
Apa karena aku sudah tak bisa menjaga benih-benih cinta kita agar tetap mekar sepanjang waktu?
Tapi, asal kau tau suamiku, aku tak pernah jenuh memperhatikanmu dengan kenakalan-kenakalan yang sama yang sering dan selalu kau lakukan padaku.
Aku menganggap itu sebagai bentukmu mencari perhatian dari orang yang kau sayangi.
Dan aku senang membayangkan akulah orang yang kau sayangi itu.
Itulah sebabnya aku tak pernah jenuh melihatmu manja padaku.
Karena aku senang kau bermanja denganku suamiku.
Tapi sepertinya kau tak memikirkan hal yang sama.
Setiap rengekan dan manjaku kau anggap sebagai sebuah keluhan dariku.
Bukan suamiku, aku tak bermaksud untuk mengeluh. Apalah artinya mengeluh, karena Allah banyak memberiku nikmat, termasuk mengirimkan dirimu untukku, itu hadiah terindah untukku.
Aku merengek dan manja hanya sebagai usahaku untuk mencari perhatianmu, agar kau segera merangkulku dalam pelukanmu.
Karena kaulah orang yang aku sayang, yang aku izinkan untuk bermanja denganku.
Karena kaulah orang yang aku sayang, hingga aku akan terlihat rapuh dan mudah menangis dihadapanmu, hal yang tidak ku lakukan pada yang lain.
Karena itulah suamiku, janganlah salah menilaiku, cobalah untuk mencari tau alasan dari setiap sikapku.
Bukankah Rasulullah pun bisa menebak suasana hati istrinya, sekalipun istri beliau menyembunyikannya?
Suamiku, maafkan aku, aku tak bermaksud untuk menyakitimu, tegurlah aku jika aku mulai keterlaluan, karena sungguh aku sangat mencintaimu Suamiku.
--by: dindadyah, @Yogyakarta, 9 Nov 2010, 00:42, saat hati ini mulai merindu dan terluka *ceile, hehe..
=))
BalasHapusprikitiw.. =))
BalasHapushadeh...malah pada ngetawain.... :
BalasHapusgimana? bagus kan? :D
bagus kok :)
BalasHapusbagus kan bagus? :))
BalasHapus:)
BalasHapus