Ketika Aku Cemburu

"Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis" (Al-Qalam:1)


Beberapa mengatakan kalau cemburu itu adalah amalan hati. Amalan itu akan menjadi baik jika diamalkan dengan perbuatan-perbuatan yang baik, dan akan menjadi salah atau bahkan dosa jika ia sudah melampaui batas.
Cemburu hanya ada pada orang yang saling mencintai, terlebih bagi pasangan suami istri. Cemburu ini lebih banyak dialami oleh wanita daripada oleh pria. Bahkan istri Rasulullah SAW dan shohabiyah yang lain pun mengalaminya.
Aisyah ra. pernah menuturkan kecemburuannya pada Khadijah:
Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti cemburuku kepada Khadijah karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menyebutnya dan menyanjungnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Aisyah pun pernah mengatakan kecemburuannya pada Rasulullah SAW:
Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita kecuali Khadijah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Khadijah itu begini dan begitu, dan aku mendapatkan anak darinya yang tak ku dapatkan dari istri-istri yang lain” (HR Bukhari)
Aisyah r.a. cemburu karena seringnya Rasullah SAW menyebutkan nama Khadijah sekalipun Khadijah telah tiada. Karena itulah, Aisyah merasa tersaingi hingga Aisyah berkata pada Rasulullah SAW: Allah telah menggantikan untukmu wanita yang lebih baik darinya.” Namun Rasulullah berkata: “Allah tidak pernah menggantikan untukku wanita yang lebih baik darinya
Sudah sewajarnya jika seorang wanita cemburu pada suaminya, karena cintanya pada suaminya, dengan catatan selama cemburu itu tak melampaui batas. Dia menginginkan seluruh perhatiaan dan cinta sang suami hanya untuknya. Itulah mengapa banyak wanita yang tak ingin dimadu, walau poligami itu diperbolehkan.

Komentar