Dinas ke Padang (lagi dan lagi)

Berkali-kali ke Padang, baru kemarin lah aku sempat mampir ke Bukittinggi, lihat jam gadang. Singkat cerita, perjalanan dari Payakumbuh ke Padang melewati Bukittingi, dan mampir deh kesana.


Jam gadang ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada sekretaris kota waktu itu. Jam besar ini didatangkan dari Rotterdam, Belanda, melalui Teluk Bayur (1926). Diyakini, mesin jam gadang ini hanya ada 2 di dunia, kembarannya adalah Big Ben di Inggris. Keunikan dari jam gadang ini adalah penulisan angka 4 tertulis IIII yang seharusnya IV.

Di hari sebelumnya, kami juga mampir ke Lembah Harau lagi, dan disana, lagi dibangun rumah khas minangkabau. Dan berfoto-foto lah teman-teman disana (aku gak ikutan lho, :D). Dan aku jadi ingat cerita rakyat tentang asal muasal kenapa rumah minang seperti itu (diceritakan duluuu, ketika kunjungan pertama ke Padang).



Konon katanya, dahulu, kerajaan Jawa ingin menguasai tanah minang. Namun para penduduk minang mengadakan taruhan adu kerbau. Jika kerbau kerajaan Jawa menang, maka tanah minang boleh dikuasai. Kerajaan jawa pun menyiapkan kerbau terbaik dan terbesar yang mereka punya. Sedangkan penduduk asli hanya menyiapkan anak kerbau yang tidak diberikan asi. Tibalah saat pertandingan, kerajaan jawa langsung melepas kerbau terbaik mereka. Dan penduduk minang, menyiapkan anak kerbau yang tanduknya diberi pisau dan sangat kelaparan. Ketika melihat kerbau kerajaan jawa yang besar, langsunglah si anak kerbau ini berlari menghampiri mencari susu. Meraung kesakitanlah si kerbau karena pisau yang ada di tanduk anak kerbau itu menusuk perutnya. Kalahlah sudah kerbau kerajaan jawa yang akhirnya mengharuskan pasukan kerajaan jawa harus kembali pulang. Dan itulah mengapa disebut minangkabau (kerbau yang menang katanya).

Segitu dulu aja deh, ceritanya. :D

Komentar