Izinkan Aku Menyapamu, Cinta..

"Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis" (Al-Qalam:1)



Malu sendiri bacanya, hihi....

begitulah, yang dirasakan beberapa temanku (termasuk aku sepertinya.. hehe..)
sempat aku bertanya pada salah satu sahabatku:

"bolehkah aku jatuh cinta?"

lalu apa jawabnya?

"Allah menciptakan manusia dengan 3 potensi, yaitu akal, ghorizah (naluri), dan hajatul 'udowiyah (kebutuhan jasmani). ghorizah itu, dibagi menjadi 3, salah satunya adalah perasaan terhadap lawan jenis. nah, jadi wajarlah, kalau kita jatuh cinta karena memang sudah fitrahnya. hanya saja, kita sebagai seorang muslim yang sudah baligh, sudah terbebani dengan hukum syara', artinya perbuatan kita terikat halal dan haram, baik dan buruk sesuai aturan islam. Allah tidah hanya sebagai al-kholiq (Pencipta), tapi juga Al-Mudabbir (pengatur). tinggal bagaimana kita menyikapi perasaan kita, agar tak kebablasan. yakinlah, suatu saat ada hari dimana kita mempertanggung jawabkan perbuatan kita, termasuk pertanggung jawaban kita tentang bagaimana kita berinteraksi dengan lawan jenis. yakinlah, aturan Allah akan pergaulan dengan lawan jenis itu membawa maslahat untuk kita semua..."
Jadi, jatuh cinta pun butuh persiapan. Mampukah kita menahan diri, agar syaitan tak mengganggu.
Benarlah kata sebuah syair dalam sebuah buku Ya Allah, bila aku jatuh hati, aku ingin terbang cepat, hingga syaithan tak sanggup hinggap.

Cintailah ia secara sederhana (kata sebuah puisi), Cintailah ia dengan Cinta Allah, karena Allah lah Sang Pemilik Cinta, Allah lah yang Maha Membolak balikkan hati. Cintailah Allah segenap hati, karena Dialah yang tak pernah lelah menyayangi kita dan menjaga kita.
seperti sebuah puisi Ya Allah, ajari aku cinta, Cinta terindah dari bait-bait cinta yang senantiasa Kau senandungkan untukku.
Subhanallah..

Maka, izinkan aku menyapamu Cinta....^_^

Untuk sahabatku, Enok Rumhayati, makasih banyak....melalui dirimu, Allah mengajarkan aku tentang banyak hal.. uhibbuki fillah, ya ukhti...semoga kita jadi sahabat dunia akhirat.. ^^

--ditulis 24 Agustus 2009, Dyah Fajar, Yogyakarta

Komentar