Kisah Di Balik Sebuah Cerita

Bisakah seperti dulu lagi?

Aku mengenang sebuah pesan yang sempat membuat hatiku remuk redam.

pic downloaded from here
Itu terjadi dulu, ketika aku terperangkap dalam indahnya sebuah rasa. Iya, aku jatuh cinta.
Cinta itu datang dari seorang yang sejak dulu aku kagumi. Satu kegiatan mempertemukan kami dalam sebuah kepanitiaan. Aku, dan juga dia, di amanahkan menjadi panitia inti, dan hal itu membuat kami lebih banyak berkomunikasi.

Lambat laun, rasa yang terpendam itu semakin membuncah, hingga rasanya semakin tak bisa aku pendam. Pecah sudah benteng hatiku ketika mendengar ia pun suka padaku. Rona merah selalu nampak di wajahku. Ketika bertemu pun aku hanya tertunduk malu menahan debaran di hati. Entahlah, aku hanya merasa dia pun tau apa yang ku rasa.

Hingga beberapa bulan kemudian, menjelang liburan kuliah..

Nisa, sudah mau pulang ya?

Satu pesan masuk, darinya. Aku melirik ke arahnya yang hanya berjarak beberapa meter saja dariku.

Iya, kenapa?

Gak apa, hati-hati ya, kapan-kapan aku mau tanya sesuatu boleh..?

Dan itu, merupakan pertanyaan yang tidak seharusnya ku dengar dulu. Pertanyaan yang membuat rasa yang terpendam itu mengalir sebelum waktunya. Pertanyaan yang membuat hati ini lemah, dan pertanyaan yang sebenarnya telah mengaktifkan bom waktu di hatiku.

Ya, bom waktu, yang tidak berselang lama aku, dan dia, sadari. Yang tak berselang lama, memunculkan satu pesan yang aku takutkan, namun memang harus dilakukan.

Bisakah seperti dulu lagi?

Sebuah e-mail masuk padaku. Kini air mataku mulai mengembang di ujung mata.

Bisa, dan gak perlu khawatir sama aku, kita seperti dulu lagi.. ^^

Air mataku mengembang, hatiku sakit, sesak rasanya dada ini saat aku menuliskan e-mail itu. Tapi aku berusaha untuk tidak terlihat seperti itu olehnya.

Makasih ya Nisa... maafkan aku.. ini demi kebaikan kita bersama..

Iya, maafkan aku juga...

Pukul, 00:37 pagi. Aku menangis, ini teguran, atas cinta yang bersemi di saat yang salah. Aku tahan suara tangisku, aku menangis dalam diam, dan itu membuatku benar-benar sakit.

Karena satu dan lain hal, kami masih sering bertemu. Ia bersama teman-temannya, dan aku bersama teman-temanku. Dadaku masih sesak, rasa sakit itu masih terasa menyakitkan. Aku tersenyum padanya, mencoba meraih serpihan hati itu kembali ke tempat yang benar, sekalipun dengan luka yang menyayat. Ah, sakitku mulai kambuh lagi.

Pasti sakit lagi ya..

E-mail darinya masuk ke ponselku. Aku hanya terdiam memandangnya, tak tau harus aku jawab apa. Akhirnya aku putuskan tak membalas.

Ini demi kebaikan kita, rasa yang mekar sebelum waktunya ini, rasa yang tumbuh tiba-tiba ini, aku ingin mengembalikannya seperti semula. Sulit, tapi aku berusaha.

Aku diam dalam waktu yang lama, menahan sakit dalam waktu yang lama..
Cinta itu tak pernah sepenuhnya menghilang dari hatiku..
Cemburu terkadang datang tiba-tiba, yang aku sadar aku tak punya hak atas rasa cemburu itu. Terkadang hati ini masih menyenandungkan harapan bersamanya yang harus berkali-kali aku tepis jauh-jauh.
Ya Rabb, beratnya ujian hati ini..

Namun, Tuhan memberikan jawaban lain atas usahaku ini. 5 tahun berselang sejak saat itu, entah bermula dari mana, satu proposal pernikahan datang padaku. Terkesiap, lemas, dan menangis saat aku mendengar namanya. Aku hanya mampu memeluk saudariku, melepaskan semua beban hati selama ini dalam tangisan.

Duhai, inikah cinta,
ia terkadang memberikan rasa sedih dan luka yang tak terperi..
Namun tiba-tiba ia memberikan penawar ampuh di lain waktu..


Ya Rabb, Engkau tau aku berusaha menahan segala harapan yang pernah ada..
Menahan cinta yang tak pernah hilang ini untuk tidak membuat khayal semu..
Menahan keinginanku bertemu atau sekedar menanyakan kabarnya..
Kini Engkau hadiahkan usahaku dengan mempertemukannya kembali dalam jalinan pernikahan..
Sungguh, skenario-Mu indah...




hampir 3 bulan lamanya gak nge-blog
dan hadir kembali dengan sebuah cerita..
:D

Komentar

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca....^^